Kanan dan Tengah Benang Merah antara Wahabi dan NU

  • Administrator
  • Rabu, 27 Maret 2024 23:07
  • 127 Lihat
  • Pendidikan

Kanan dan Tengah

Benang Merah antara Wahabi dan NU 

Membuka wawasan Khasanah Islam

Oleh : Abyyu Ghozy N.I.

Kelompok Wahabi, kiranya apa yang ada di benak kita ketika mendengar kata tersebut? Pastinya akan terbersit stigma negatif dan positif di benak kita saat mendengar istilah tersebut. Kelompok yang kerap kali menjadi kambing hitam pada beberapa aktifitas terorisme yang terjadi di negara kita, bahkan di lingkup global, kelompok yang menggaungkan istilah “berpegang teguh pada Al-Qur’an dan hadist” ketika menghadapi problematika agama. Namun, apakah yang sering terdengar di telinga kita adalah apa yang terjadi sebenarnya?

Begitu juga dengan NU, kami akan mengulangi pertanyaan yang sama kepada pembaca, kiranya apa yang ada di benak kita ketika mendengar kata tersebut? Tentunya kata tersebut lebih familiar di telinga kita sebagai warga Indonesia. Namun, kita tidak bisa menghilangkan sebuah keniscayaan yang terjadi dalam kehidupan, tidak ada sesuatu yang sempurna, pasti ada sisi positif dan negatif yang selalu beriringan satu sama lain. Sama halnya dengan NU, predikat yang disandangnya sebagai organisasi masyarakat (ormas) berbasis islam terbesar di Indonesia tidaklah membuatnya sempurna tanpa pandangan negatif dari sebagian orang. Sama halnya dengan kaum wahabi, tuduhan pelaku bid’ah dan ajaran sesat pun bertebaran di sekitar masyarakat. Apakah semua tuduhan itu benar? Apakah semua tuduhan yang ditujukan kepada mereka adalah yang sebenarnya terjadi?

Mari kita adakan kajian yang lebih mendalam tentang Wahabi dan Nahdhatul Ulama ( NU ).

Kami kutib dari buku yang berjudul “Titik Temu Wahabi-NU” yang di tulis oleh Prof. Dr. KH. Ali Mustofa Yaqub yang di terbitkan tahun 2016

Dalam buku ini menerangkan bahwa, penulis berusaha untuk meluruskan dan menjabarkan apa yang sebenarnya terjadi di dalam kedua kelompok ini. Dengan membahas tentang awal mula, sejarah, dan pemikiran dari kedua kelompok ini, penulis mengajak kita untuk mengenal kedua kelompok ini lebih dalam sehingga kita tidak dengan mudah terpengaruh dengan kabar negatif tentang kedua kelompok ini. Dengan begitu, kita bisa lebih bijak dalam menyikapi perbedaan yang terjadi di antara kedua kelompok ini.

Di mana penulis megajak kita untuk mengenal latar belakang kedua kelompok terlebih dahulu. Metode yang digunakan oleh penulis menimbulkan kesan netralitas bagi kita untuk mengetahui seluk-beluk kedua kelompok ini tanpa adanya keberpihakan terhadap salah satu kelompok. Hal yang menarik dari tulisan ini adalah kita diperkenalkan dengan kelompok Wahabi terlebih dahulu baru kemudian kelompok NU. Apakah itu berarti penulis lebih mengutamakan kelompok Wahabi diatas kelompok NU? Kita pelajari satu per satu.

Ini adalah hal yang baik, mengingat buku ini ditulis dengan tujuan untuk meluruskan pandangan masyarakat, khususnya NU yang merupakan kelompok yang memiliki anggota terbanyak di Indonesia, yang mana pada saat itu sangat minim pengetahuannya tentang Wahabi dan hanya menganggap mereka sebagai kelompok yang buruk dan radikal. Dengan cara seperti ini, akan menyebabkan kita untuk memahami apa yang ingin disampaikan oleh penulis dalam keadaan sudah mengetahui tentang kelompok Wahabi di awal. Sehingga kita akan memiliki penilaian yang lebih rasional daripada hanya mengetahui kelompok Wahabi yang berasal dari mulut ke mulut.

Tidak hanya informasi yang berasal dari studi literatur yang dilakukan oleh penulis, penulis pun juga menyampaikan informasi berdasarkan dengan pengalaman penulis ketika bertemu dengan pemuka dari kalangan Wahabi sewaktu menempuh pendidikan di Saudi Arabia. Penulis menyebutkan bahwa di Saudi Arabia, penulis dan kawan-kawan NU diperlakukan dengan hangat dan penuh kasih sayang oleh kelompok Wahabi yang berada di sana. Hal ini menunjukkan bahwa penulis benar-benar mengalami dan merasakan perlakuan sebenarnya kaum Wahabi terhadap kaum NU. Dikarenakan pengalaman tersebut, kiranya tidaklah berlebihan jika terdapat harapan penganugrahan kemuliaan dari penulis kepada kaum Wahabi dalam tulisan penulis ini.

Usai memperkenalkan kedua kelompok yang dijadikan subjek pembahasan, penulis menerangkan hal yang menyebabkan kerenggangan diantara dua golongan tersebut. Menurut penulis, terdapat faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi hubungan antara kedua kelompok ini, sehingga menjadi renggang. Setelah semua perkenalan singkat diatas, tibalah kini saatnya bagi para pembaca untuk dihadapkan kepada topik pembahasan utama, yaitu titik temu antara Wahabi dan NU. Penulis meletakkan topik utama pembahasan di tengah bukunya karena diharapkan kita sebagai pembaca bisa berfikir jernih setelah mengetahui latar belakang dan ideologi dari kedua kelompok ini.

Mengapa Wahabi dan NU?

Hal ini dikarenakan kedua kelompok ini adalah kelompok dengan pengikut terbanyak di dunia. Wahabi yang berbasis di Saudi Arabia dengan negara yang terdapat kota suci umat islam di dalamnya dan NU yang berbasis di Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk islam terbanyak di dunia. Penulis menyebutkan lebih dari 30 contoh kesamaan antara Wahabi dan NU dalam pokok agama. Tidak lupa, dinyatakan bahwa penulis tidak menyamakan Wahabi dengan NU, namun hanya menyebutkan kesamaan diantara mereka. Dengan berfokus kepada masalah yang sering kali terjadi miskonsepsi antara keduanya, yaitu tawassul, penulis meluruskan pemahaman sebenarnya yang dianut kedua belah pihak dalam menyikapi permasalahan ini.

Sebagai sebuah keniscayaan dalam kehidupan, tentunya tidak asing lagi jika terdapat perbedaan satu sama lain. Setelah menyebutkan kesamaan diantara keduanya, barulah penulis menyebutkan perbedaan diantara keduanya. Keputusan yang diambil oleh penulis bukanlah bertujuan untuk kembali merenggangkan hubungan antara keduanya. Hal ini dikarenakan perbedaan yang terjadi diantara keduanya adalah hal yang bersifat cabang agama, yang mana itu adalah rahmat bagi umat islam sendiri.

Pada akhir karyanya, penulis menghadirkan kepada kita fakta yang terjadi dan nyata, fakta yang dipaparkan kerap kali berbeda dengan apa yang selama ini berkeliaran di luar. Wahabi yang terkenal radikal dan memberi label kafir kepada selain pengikut ajarannya justru menyambut saudara NU dengan ramah dan penuh kasih sayang ketika berkunjung dan NU yang terkenal pelaku bid’ah justru mempunyai dalil yang jelas dan kuat dalam beramal.

Harapan penulis sangatlah jelas tertuang dalam karyanya agar kita sebagai umat islam dapat hidup dengan berdampingan dengan damai. Janganlah dikarenakan perbedaan kecil seperti ini dapat memecah belah umat islam. Islam adalah agama rahmatan lil aalamiin yang bertujuan agar umatnya dapat menebar kasih sayang di alam semesta. Ikhtilaafu ummatii rahmatun, bukan?

Semoga tulisan ini memberikan pelajaran penting dan bermanfaat bagi para pembaca sehingga semakin lengkap wawasan dan pengetahuannya tentang dunia Islam dan tentunya saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. Dr. KH. Ali Mustofa Yaqub selaku penulis sehingga saya pribadi mendapatkan wawasan tentang Wahabi dan NU.

Komentar

0 Komentar